Kajian Kritis Guru Ideal Dalam Otaku



Kajian Kritis Guru Ideal Dalam Otaku
By Jaya Mulya, S.Ag
Di sini anak didik yang menangapi tentang pengertian guru ideal adalah guru yang disukai muridnya, namun saya sebagai guru juga telah menjadi siswa bahkan sampai sekarang saya masih mengenyam pendidikan merasakan, pernah merasakan seperti itu tetapi sebenarnya tidak selamanya guru yang disukai itu ideal mengapa demikian karena sering sekali saya melihat ada guru yang disukai anak didiknya bukan karena dia ideal melainkan karena ia adalah seorang guru yang menghalalkan segala cara artinya asal anak didiknya merasa senang ia suka memberikan bocoran atau member tahu diwaktu tes ujian, udah tentu seorang murid akan lebih mendekati dia dari pada guru yang mempunyai idealism karena ia tak mungkin membocorkan dan memberi tahu anak didiknya yang bertanya ketika ujian.
Bisa di perbandingkan loh!, mana yang paling disukai oleh anak yang suka member bocoran atau yang tidak suka member bocoran? Guru yang suka mencari perhatian anak didiknya atau yang mempertahankan idealismnya?
Dari dua pertanyaan tersebut saya yakin anak akan lebih cenderung kepada yang suka menolongnya diwaktu ujian dari pada guru yang sama sekali tidak menolongnya diwaktu ujian maka, juga anak tidak lebih menyukai kepada guru yang cuek ketika dipinta pertolongan waktu ujian, bahkan ia akan berkata, “Pa bapamah meni koret”, yang artinya guru itu dianggap pelit oleh anak didiknya tatkala mempertahankan idialismnya, yang merupakan kewajiban semua guru untuk mempertahankannya karena murid ada waktunya untuk bertanya bukan diwaktu murid sedang ujian.
Dalam mamasalah yang lain saya pun bisa memaparkan seorang guru yang disukai oleh anak didiknya karena ia suka mengabulkan semua keinginan anak didiknya, Contoh:
Ada anak didik yang minta pulang sebelum waktunya padahal masih 15 menit untuk waktu pulang ia pulangkan bila minta jajan dijajanin bila waktu ujian menberi tahu jawaban maka guru yang seperti ini kelihatannya lebih diminati oleh siswa untuk didekati dan disukai. Padahal dalam hal mengajar cukup ia memberikan tugas dan pergi dari kelas bahkan kalau ada ia ngantuk dikelas saya pernah melihat guru yang seperti ini walaupun akhirnya ia dikeluarkan dari sekolah karena banyak perbuatan yang tidak senonoh.
Dengan demikian saya tidak setuju kalau dinyataka guru ideal adalah guru yang disukai oleh anak didiknya. Dalam hal ini saya akan memaparkan tentang guru yang disebut killer oleh siswa, guru ini dating tepat waktu, tugas tidak boleh tida harus dikerjakan, bila didapat ada siswa yang tidak melaksanakannya langsung dikeluarkan darim kelas sebelum melaksanakan tugasnya bahkan kalau perlu langsung pemberitahuan pada orang tuanya (wali murid) pelajaran harusbisa bagi anak yang tidak mendengarkan dan tidak bisa pasti adanya hukuman dan penugasan. Guru yang seperi ini banyak mambantu terhadap peningkatan kualitas siswa namun apakah yang seperti ini akan menjadi idola bagi anak didiknya? Tentu jawabanya No karena guru yang seperti ini disebutnya juga guru si killer. Namun mereka hanya bisa bicara dibelakang layar beserta anak didik yang lain.
aulis
Maka kata ideal bagi guru itu keadaanya relative, tergantung siapa yang menilai ilmuan atau anak didik, masyarakat, guru atau dari sisimana mereka memandang. Jawaban mereka tentunya mempunyai jawaban yang berbeda-beda.
Dalam hal ini perlu adanya kajian yang lebih mendalam sehingga semua orang setuju akan pengertian guru ideal, tidak cukup dipandang dari satu arah saja banyak factor yang harus dilihat, misalnya dari sudut tugas dan kewajiban seorang guru, termasuk prilaku, cara atau metode pengajarannya, sumberdaya yang dimilikinya, kehidupan sehari-harinya dan lain sebagainya. Kalau dikatakan guru suatu sosok yang harus digugu dan ditiru maka semua aspek yang berkenaan dengan guru benar benar harus selaras dengan norma-norma yang ada ini merupakan suatu beban yang nyata yang harus dipikul oleh guru.
Namun siapa saja yang propesinya sebagai guru jangan putus asa walau pun toh kita jatuh kepada sosok yang tidak disukai oleh siswanya asalkan kita benar sesuai dengan norma-norma dan peraturan yang ada. Kita sebagai guru walau pun kurang dihargai, seperti halnya guru bahasa Inggris, bahasa Arab, Matematik, Fisika dsb. yang mana mayoritas pelajaran-pelajaran ini adalah pelajaran yang tidak disukai oleh anak didik dan jarang sekali gurunya dianggap guru ideal, mengapa demikian? Karena apabila anak sudah tidak menyukai pelajarannya gurunya pun mesti tidak disukai terbawa dengan rasa putus asanya anak, yang merasa sulit sebelum belajar. Kejadian ini sama halnya dengan orang kampung yang mau pergi ketempat jauh dengan menggunakan kendaraan, ia akan mabuk sebelum berangkat hingga ia memerlukan obat untuk menopangnya agar bisa berangkat pakai kendaraan, ternyata sering sekali saya mendapatkan kejadian yang seperti ini, karena saya telah menanya kepada anak secara langsung mengapa kamu tidak menyukai pelajaran ini mereka menjawab: “Susah pak” belum apa apa sudah merasa susah! lalu ia senyum malu kejadian ini sungguh sering terjadi.
Maka dari urayan diatas saya menyatakan kurang setuju bilamana dikatakan guru ideal adalah guru yang disukai anak atau siswanya, karena masih banyak factor yang menyebabkan anak itu suka pada gurunya.
Ada lagi anak SMA yang bilang bahwa ia menyukai guru perempuan yang cantik dan seksi, itu menunjukan bukan kualitas pengajaran yang disukai anak tetapi kualitas tubuh yang mereka sukai, ini fakta nyata yang telah saya dengar dari anak yang melirik gurunya dari sudut kemolekan gurunya.
Guru Ideal Dalam Otakku
Ditulis Oleh:
Aulia Sabrina - Wartawan ZZ
June 3, 2009 · Print This Article
Memilki guru ideal pasti diinginkan setiap siswa, termasuk saya. Namun keidealan itu tidak serta merta bisa ditemukan pada setiap sosok guru karena berbagai hal yang parameternya antara siswa yang satu dengan yang lain tidak sama. Parameternya tergantung pada setiap siswa, tetapi pada dasarnya saya bisa menyimpulkan bahwa guru ideal adalah guru yang disukai muridnya. Yang perlu di perhatikan adalah yang disukai seorang siswa terhadap gurunya. Hal inilah yang sangat beraneka ragam. Ok, dibawah ini adalah obrolan opini yang saya tulis berdasarkan pengalaman dan beberapa cerita dari teman. Perlu saya sampaikan pada Ziggers bahawa obrolan opini ini tidak bermaksud menyudutkan, menyanjung siapa pun, bahkan membanding-bandingkan antara satu guru dengan yang lain. Hal ini lahir dari ketulusan hati yang saya rasakan selama menjalani proses belajar mengajar. Bagaimanakah guru ideal menurut saya dengan parameter yang saya anggap paling logis dan masuk akal.
Gelar sempurna dan ideal layaknya tak pantas diberikan pada seluruh makhluk di alam semesta beserta isinya ini, bahkan untuk seorang guru sekalipun. Hanya satu yang pantas menyandang gelar itu, Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tapi, manusia berhak menilai setiap apa yang telah ia dapat dalam hidup ini. Hanya menilai setiap apa yang dianggapnya cocok dan nyaman, apalagi penilaian seorang siswa seperti saya. Maaf Bapak/Ibu Guru, ini sekedar opini, tanpa ada maksud apa-apa. Sebab menulis opini adalah media untuk menajamkan pikiran, tidak lebih.
Di Indonesia telah dicanangkan wajib belajar 9 tahun, sebagaimana yang diatur dalam UU dan peraturan pemerintah. Mestinya di imbangi juga dengan pencanangan guru ideal, baik secara materi ataupun kemapuan/skill. Jika tidak, sia-sia rasanya wajib belajar 12 tahun di laksanakan. Saat ini pemerintah mulai memperhatikan dengan adanya program sertifikasi. Pertanyaannya, apakah sertifikasi sudah menyelesaikan masalah. Bagaimana menciptkan guru ideal untuk generasi millennium. Selama hampir 11 tahun saya mengenyam pendidikan, saya menemukan banyak karakter guru, semua memiliki kelebihan dan kekurangan.

Dalam waktu yang terbilang cukup lama itu, sulit rasanya menemukan sesosok pahlawan tanpa tanda jasa yang dapat melekat dalam hati sanubari. Namun berbeda, saat beranjak ke jenjang SMA saya menemukan sesosok pahlawan yang dapat memberi semangat baru dalam perjalanan menuntut ilmu. Mereka mampu memotivasi dan semangat bagi para siswa, memberi cahaya disetiap sel-sel otak yang kosong akan dengan ilmu pengetahuan. Itulah yang saya temukan di beberapa guru di sekolah ini. Seorang ahli bernama Gordon Stokes mengatakan “Delapan puluh persen kesulitan belajar berhubungan dengan stres. Singkirkan stres, maka Anda telah menyingkirkan berbagai kesulitan dalam belajar.” Pada awalnya hal itulah yang membuat banyak siswa, termasuk saya merasa malas belajar di sekolah ini. Apalagi pada materi baru, hal ini terlihat cukup rumit. Tetapi ada beberapa guru yang diawal pertemuan membukanya dengan dengan menceritakan hal-hal yang cukup menarik dan imajinatif, sehingga seluruh siswa dapat mengkhayal hal-hal yang menyenangkan dalam pelajaran yang ajarkan. Motivasi itulah yang ingin saya dapatkan dari seluruh guru, apapun itu pelajarannya, tentunya dengan cerita yang bisa memotivasi dan berhubungan dengan pelajaran yang saat itu akan diajarkan. Saya lebih suka metode pembelajaran yang sederhana namun harus kreatif dan atraktif. Ada guru-guru yang mampu membius otak kami, sehingga kami mampu merespon pelajaran dengan baik. Kalau harus menggunakan motode anak TK, SD, dan itu manjur untuk kami, mengapa tidak.Gaya santai, humoris dan menyenangkan adalah impian kami saat menerima pelajaran. Motode outbond pun bisa dipakai, sehingga bisa mempermudah, atau bisa menggunakan gambar-gambar, seperti yang sudah dilakukan oleh salah soerang Guru di sekolah ini. Hal itu ternyata tidak banyak menyulitkan banyak siswa, bahkan malah mempermudah siswa untuk cepat menghafal.

Bisa dibayangkan, jika setiap jam belajar berlangsung, beliau selalu memberikan berbagai pertanyaan. Pertanyaannya berupa gambar, lisan, ataupun gerak tubuh. Pertanyaan tersebut tidak hanya ditujukan oleh siswa-siswa tertentu, tapi dengan cara di drill pada semua siswa, tidak terkecuali. Itu menarik bagi saya. Ternyata teman-teman yang lain juga merasakan hal yang sama. Berarti motode semacam ini kami anggap sangat mujarab untuk kami.Selain motode tersebut, Bapak/Ibu Guru bisa nilai plus pada setiap siswa yang berani menjawab pertanyaan. Semakin mendapat banyak nilai plus, guru bisa memberikan penghargaan atau hadiah. Merayakan dengan member hadiah adalah hal yang sangat menyenangkan bagi kami para siswa. Sebaliknya, guru harus berani memberikan hukuman yang tegas pada kami yang tidak mengerjakan anjuran/tugas.

Perlu ada upaya dan metode serta inovasi pembelajaran sehingga semua indra bekerja. Hal ini akan bisa mengurangi kejenuhan, apalagi ngantuk saat pelajaran. Kadang-kadang guru perlu menciptakan suasana tegang dan cemas pada diri siswa, dengan kuis, atau main tunjuk pada siswa. Banyak cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk para siswanya. Saya yakin guru-guru kami lebih berpengalaman dalam hal ini. Tapi inilah yang saya rasakan dan menjadi kerinduan kami. Untuk menjadi guru yang maju dan profesional, seperti yang saya ceritakan diatas. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi perlu membiasakan diri. Perlu saya tulis juga bahwa ada beberapa guru di SMAdaBO yang telah melakukan metode tersebut. Fakta itulah yang menjadi inspirasi saya menulis obrolan opini di ZZ ini.

Apa sebenarnya konsep yang bisa disimpulkan. Konsepnya adalah guru dapat menyenangkan siswanya melalui belajar. Hal ini seperti kata Peter Kline, seorang ilmuan, “Learning is most effective when it’s fun”. Selain itu, seorang guru harus sadar dan faham akan tugas-tugasnya sebagai pendidik. Sosok guru adalah sosok pahlawan dunia-akhirat yang harus mengabdikan dirinya untuk masyarakat dan Tuhan. Satu hal lain yang sangat penting dan sering terlupakan adalah membuat portofolio, yang berhubungan dengan prestasinya maupun pengalamannya dalam menjalankan tugas. Ini sebagai bukti otentik, dan bahan cerita pada anak didik tahun berikutnya. Apa efeknya untuk siswa. Saya meyakini dengan cerita-cerita dan bukti otentik keberhasilan para guru, kami para siswa akan lebih tergerak dan bersemanagat. Minimal keberhasilan mereka bisa masuk dalam otak kami dan menjadi imajinasi, dan hasilnya adalah angan-angan positif sehingga lahirlah cita-cita. Kondisi ini bisa menjadi obsesi kumpulsif bagi kami untuk mewujudkannya.

Seorang guru tidak boleh memihak atau mendiskriminasikan salah seorang siswanya. Guru harus mampu bersikap adil dan bijaksana dalam menentukan penyelesaian, mampu mendorong siswa hingga menemukan jalan yang terang dalam menyelesaikan masalahnya. Sesuai dengan kata Doktrin Mazhab Konstruktivisme bahwa “Pengetahuan itu tidak dapat ditransfer sebagaimana air dari teko dituangkan ke cangkir. Pengetahuan harus dibangun sendiri oleh murid. Murid bukan cangkir, melainkan tanaman. Guru bukan teko, melainkan penyiram air yang membuat tanaman itu tumbuh dan berkembang”.
By Jaya Mulya, S.Ag
Di sini anak didik yang menangapi tentang pengertian guru ideal adalah guru yang disukai muridnya, namun saya sebagai guru juga telah menjadi siswa bahkan sampai sekarang saya masih mengenyam pendidikan merasakan, pernah merasakan seperti itu tetapi sebenarnya tidak selamanya guru yang disukai itu ideal mengapa demikian karena sering sekali saya melihat ada guru yang disukai anak didiknya bukan karena dia ideal melainkan karena ia adalah seorang guru yang menghalalkan segala cara artinya asal anak didiknya merasa senang ia suka memberikan bocoran atau member tahu diwaktu tes ujian, udah tentu seorang murid akan lebih mendekati dia dari pada guru yang mempunyai idealism karena ia tak mungkin membocorkan dan memberi tahu anak didiknya yang bertanya ketika ujian.
Bisa di perbandingkan loh!, mana yang paling disukai oleh anak yang suka member bocoran atau yang tidak suka member bocoran? Guru yang suka mencari perhatian anak didiknya atau yang mempertahankan idealismnya?
Dari dua pertanyaan tersebut saya yakin anak akan lebih cenderung kepada yang suka menolongnya diwaktu ujian dari pada guru yang sama sekali tidak menolongnya diwaktu ujian maka, juga anak tidak lebih menyukai kepada guru yang cuek ketika dipinta pertolongan waktu ujian, bahkan ia akan berkata, “Pa bapamah meni koret”, yang artinya guru itu dianggap pelit oleh anak didiknya tatkala mempertahankan idialismnya, yang merupakan kewajiban semua guru untuk mempertahankannya karena murid ada waktunya untuk bertanya bukan diwaktu murid sedang ujian.
Dalam mamasalah yang lain saya pun bisa memaparkan seorang guru yang disukai oleh anak didiknya karena ia suka mengabulkan semua keinginan anak didiknya, Contoh:
Ada anak didik yang minta pulang sebelum waktunya padahal masih 15 menit untuk waktu pulang ia pulangkan bila minta jajan dijajanin bila waktu ujian menberi tahu jawaban maka guru yang seperti ini kelihatannya lebih diminati oleh siswa untuk didekati dan disukai. Padahal dalam hal mengajar cukup ia memberikan tugas dan pergi dari kelas bahkan kalau ada ia ngantuk dikelas saya pernah melihat guru yang seperti ini walaupun akhirnya ia dikeluarkan dari sekolah karena banyak perbuatan yang tidak senonoh.
Dengan demikian saya tidak setuju kalau dinyataka guru ideal adalah guru yang disukai oleh anak didiknya. Dalam hal ini saya akan memaparkan tentang guru yang disebut killer oleh siswa, guru ini dating tepat waktu, tugas tidak boleh tida harus dikerjakan, bila didapat ada siswa yang tidak melaksanakannya langsung dikeluarkan darim kelas sebelum melaksanakan tugasnya bahkan kalau perlu langsung pemberitahuan pada orang tuanya (wali murid) pelajaran harusbisa bagi anak yang tidak mendengarkan dan tidak bisa pasti adanya hukuman dan penugasan. Guru yang seperi ini banyak mambantu terhadap peningkatan kualitas siswa namun apakah yang seperti ini akan menjadi idola bagi anak didiknya? Tentu jawabanya No karena guru yang seperti ini disebutnya juga guru si killer. Namun mereka hanya bisa bicara dibelakang layar beserta anak didik yang lain.
Maka kata ideal bagi guru itu keadaanya relative, tergantung siapa yang menilai ilmuan atau anak didik, masyarakat, guru atau dari sisimana mereka memandang. Jawaban mereka tentunya mempunyai jawaban yang berbeda-beda.
Dalam hal ini perlu adanya kajian yang lebih mendalam sehingga semua orang setuju akan pengertian guru ideal, tidak cukup dipandang dari satu arah saja banyak factor yang harus dilihat, misalnya dari sudut tugas dan kewajiban seorang guru, termasuk prilaku, cara atau metode pengajarannya, sumberdaya yang dimilikinya, kehidupan sehari-harinya dan lain sebagainya. Kalau dikatakan guru suatu sosok yang harus digugu dan ditiru maka semua aspek yang berkenaan dengan guru benar benar harus selaras dengan norma-norma yang ada ini merupakan suatu beban yang nyata yang harus dipikul oleh guru.
Namun siapa saja yang propesinya sebagai guru jangan putus asa walau pun toh kita jatuh kepada sosok yang tidak disukai oleh siswanya asalkan kita benar sesuai dengan norma-norma dan peraturan yang ada. Kita sebagai guru walau pun kurang dihargai, seperti halnya guru bahasa Inggris, bahasa Arab, Matematik, Fisika dsb. yang mana mayoritas pelajaran-pelajaran ini adalah pelajaran yang tidak disukai oleh anak didik dan jarang sekali gurunya dianggap guru ideal, mengapa demikian? Karena apabila anak sudah tidak menyukai pelajarannya gurunya pun mesti tidak disukai terbawa dengan rasa putus asanya anak, yang merasa sulit sebelum belajar. Kejadian ini sama halnya dengan orang kampung yang mau pergi ketempat jauh dengan menggunakan kendaraan, ia akan mabuk sebelum berangkat hingga ia memerlukan obat untuk menopangnya agar bisa berangkat pakai kendaraan, ternyata sering sekali saya mendapatkan kejadian yang seperti ini, karena saya telah menanya kepada anak secara langsung mengapa kamu tidak menyukai pelajaran ini mereka menjawab: “Susah pak” belum apa apa sudah merasa susah! lalu ia senyum malu kejadian ini sungguh sering terjadi.
Maka dari urayan diatas saya menyatakan kurang setuju bilamana dikatakan guru ideal adalah guru yang disukai anak atau siswanya, karena masih banyak factor yang menyebabkan anak itu suka pada gurunya.
Ada lagi anak SMA yang bilang bahwa ia menyukai guru perempuan yang cantik dan seksi, itu menunjukan bukan kualitas pengajaran yang disukai anak tetapi kualitas tubuh yang mereka sukai, ini fakta nyata yang telah saya dengar dari anak yang melirik gurunya dari sudut kemolekan gurunya.
Guru Ideal Dalam Otakku
Ditulis Oleh:
Aulia Sabrina - Wartawan ZZ
June 3, 2009 · Print This Article
aulisMemilki guru ideal pasti diinginkan setiap siswa, termasuk saya. Namun keidealan itu tidak serta merta bisa ditemukan pada setiap sosok guru karena berbagai hal yang parameternya antara siswa yang satu dengan yang lain tidak sama. Parameternya tergantung pada setiap siswa, tetapi pada dasarnya saya bisa menyimpulkan bahwa guru ideal adalah guru yang disukai muridnya. Yang perlu di perhatikan adalah yang disukai seorang siswa terhadap gurunya. Hal inilah yang sangat beraneka ragam. Ok, dibawah ini adalah obrolan opini yang saya tulis berdasarkan pengalaman dan beberapa cerita dari teman. Perlu saya sampaikan pada Ziggers bahawa obrolan opini ini tidak bermaksud menyudutkan, menyanjung siapa pun, bahkan membanding-bandingkan antara satu guru dengan yang lain. Hal ini lahir dari ketulusan hati yang saya rasakan selama menjalani proses belajar mengajar. Bagaimanakah guru ideal menurut saya dengan parameter yang saya anggap paling logis dan masuk akal.
Gelar sempurna dan ideal layaknya tak pantas diberikan pada seluruh makhluk di alam semesta beserta isinya ini, bahkan untuk seorang guru sekalipun. Hanya satu yang pantas menyandang gelar itu, Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa. Tapi, manusia berhak menilai setiap apa yang telah ia dapat dalam hidup ini. Hanya menilai setiap apa yang dianggapnya cocok dan nyaman, apalagi penilaian seorang siswa seperti saya. Maaf Bapak/Ibu Guru, ini sekedar opini, tanpa ada maksud apa-apa. Sebab menulis opini adalah media untuk menajamkan pikiran, tidak lebih.
Di Indonesia telah dicanangkan wajib belajar 9 tahun, sebagaimana yang diatur dalam UU dan peraturan pemerintah. Mestinya di imbangi juga dengan pencanangan guru ideal, baik secara materi ataupun kemapuan/skill. Jika tidak, sia-sia rasanya wajib belajar 12 tahun di laksanakan. Saat ini pemerintah mulai memperhatikan dengan adanya program sertifikasi. Pertanyaannya, apakah sertifikasi sudah menyelesaikan masalah. Bagaimana menciptkan guru ideal untuk generasi millennium. Selama hampir 11 tahun saya mengenyam pendidikan, saya menemukan banyak karakter guru, semua memiliki kelebihan dan kekurangan.

Dalam waktu yang terbilang cukup lama itu, sulit rasanya menemukan sesosok pahlawan tanpa tanda jasa yang dapat melekat dalam hati sanubari. Namun berbeda, saat beranjak ke jenjang SMA saya menemukan sesosok pahlawan yang dapat memberi semangat baru dalam perjalanan menuntut ilmu. Mereka mampu memotivasi dan semangat bagi para siswa, memberi cahaya disetiap sel-sel otak yang kosong akan dengan ilmu pengetahuan. Itulah yang saya temukan di beberapa guru di sekolah ini. Seorang ahli bernama Gordon Stokes mengatakan “Delapan puluh persen kesulitan belajar berhubungan dengan stres. Singkirkan stres, maka Anda telah menyingkirkan berbagai kesulitan dalam belajar.” Pada awalnya hal itulah yang membuat banyak siswa, termasuk saya merasa malas belajar di sekolah ini. Apalagi pada materi baru, hal ini terlihat cukup rumit. Tetapi ada beberapa guru yang diawal pertemuan membukanya dengan dengan menceritakan hal-hal yang cukup menarik dan imajinatif, sehingga seluruh siswa dapat mengkhayal hal-hal yang menyenangkan dalam pelajaran yang ajarkan. Motivasi itulah yang ingin saya dapatkan dari seluruh guru, apapun itu pelajarannya, tentunya dengan cerita yang bisa memotivasi dan berhubungan dengan pelajaran yang saat itu akan diajarkan. Saya lebih suka metode pembelajaran yang sederhana namun harus kreatif dan atraktif. Ada guru-guru yang mampu membius otak kami, sehingga kami mampu merespon pelajaran dengan baik. Kalau harus menggunakan motode anak TK, SD, dan itu manjur untuk kami, mengapa tidak.Gaya santai, humoris dan menyenangkan adalah impian kami saat menerima pelajaran. Motode outbond pun bisa dipakai, sehingga bisa mempermudah, atau bisa menggunakan gambar-gambar, seperti yang sudah dilakukan oleh salah soerang Guru di sekolah ini. Hal itu ternyata tidak banyak menyulitkan banyak siswa, bahkan malah mempermudah siswa untuk cepat menghafal.

Bisa dibayangkan, jika setiap jam belajar berlangsung, beliau selalu memberikan berbagai pertanyaan. Pertanyaannya berupa gambar, lisan, ataupun gerak tubuh. Pertanyaan tersebut tidak hanya ditujukan oleh siswa-siswa tertentu, tapi dengan cara di drill pada semua siswa, tidak terkecuali. Itu menarik bagi saya. Ternyata teman-teman yang lain juga merasakan hal yang sama. Berarti motode semacam ini kami anggap sangat mujarab untuk kami.Selain motode tersebut, Bapak/Ibu Guru bisa nilai plus pada setiap siswa yang berani menjawab pertanyaan. Semakin mendapat banyak nilai plus, guru bisa memberikan penghargaan atau hadiah. Merayakan dengan member hadiah adalah hal yang sangat menyenangkan bagi kami para siswa. Sebaliknya, guru harus berani memberikan hukuman yang tegas pada kami yang tidak mengerjakan anjuran/tugas.

Perlu ada upaya dan metode serta inovasi pembelajaran sehingga semua indra bekerja. Hal ini akan bisa mengurangi kejenuhan, apalagi ngantuk saat pelajaran. Kadang-kadang guru perlu menciptakan suasana tegang dan cemas pada diri siswa, dengan kuis, atau main tunjuk pada siswa. Banyak cara yang dapat dilakukan seorang guru untuk para siswanya. Saya yakin guru-guru kami lebih berpengalaman dalam hal ini. Tapi inilah yang saya rasakan dan menjadi kerinduan kami. Untuk menjadi guru yang maju dan profesional, seperti yang saya ceritakan diatas. Tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi perlu membiasakan diri. Perlu saya tulis juga bahwa ada beberapa guru di SMAdaBO yang telah melakukan metode tersebut. Fakta itulah yang menjadi inspirasi saya menulis obrolan opini di ZZ ini.

Apa sebenarnya konsep yang bisa disimpulkan. Konsepnya adalah guru dapat menyenangkan siswanya melalui belajar. Hal ini seperti kata Peter Kline, seorang ilmuan, “Learning is most effective when it’s fun”. Selain itu, seorang guru harus sadar dan faham akan tugas-tugasnya sebagai pendidik. Sosok guru adalah sosok pahlawan dunia-akhirat yang harus mengabdikan dirinya untuk masyarakat dan Tuhan. Satu hal lain yang sangat penting dan sering terlupakan adalah membuat portofolio, yang berhubungan dengan prestasinya maupun pengalamannya dalam menjalankan tugas. Ini sebagai bukti otentik, dan bahan cerita pada anak didik tahun berikutnya. Apa efeknya untuk siswa. Saya meyakini dengan cerita-cerita dan bukti otentik keberhasilan para guru, kami para siswa akan lebih tergerak dan bersemanagat. Minimal keberhasilan mereka bisa masuk dalam otak kami dan menjadi imajinasi, dan hasilnya adalah angan-angan positif sehingga lahirlah cita-cita. Kondisi ini bisa menjadi obsesi kumpulsif bagi kami untuk mewujudkannya.

Seorang guru tidak boleh memihak atau mendiskriminasikan salah seorang siswanya. Guru harus mampu bersikap adil dan bijaksana dalam menentukan penyelesaian, mampu mendorong siswa hingga menemukan jalan yang terang dalam menyelesaikan masalahnya. Sesuai dengan kata Doktrin Mazhab Konstruktivisme bahwa “Pengetahuan itu tidak dapat ditransfer sebagaimana air dari teko dituangkan ke cangkir. Pengetahuan harus dibangun sendiri oleh murid. Murid bukan cangkir, melainkan tanaman. Guru bukan teko, melainkan penyiram air yang membuat tanaman itu tumbuh dan berkembang”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

bahasa Inggris kls 9 Text "Legend of Lake Batur" by jaya mulya

PROGRAM KERJA GERAKAN PRAMUKA MTs TARBIYATUL MUTA’ALIMIN