NIATLAH SEMUA PEKERJAAN UNTUK IBADAAH by Jaya Mulya
Khutbah Pertama
إن الحمد لله نحمده و نستعينه و نستغفره و
نعوذ بالله من شرور أنفسنا و سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له و من يضلله
فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و
رسوله. يأيها الذين آمنوا اتقوا الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون.
يأيها الناس اتقوا ربكم الذي خلقكم من نفس واحدة و خلق منها زوجها و بث منهما
رجالا كثيرا و نساء و اتقوا الله الذي تساءلون به و الأرحام إن الله كان عليكم
رقيبا. يأيها الذين آمنوا اتقوا الله و قولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم و يغفر
لكم ذنوبكم و من يطع الله و رسوله فقد فاز فوزا عظيما. ألا فإن أصدق الحديث كتاب
الله و خير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم و شر الأمور محدثاتها و كل محدثة
بدعة و كل بدعة ضلالة و كل ضلالة في النار. اللهم فصل و سلم على هذا النبي
الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعد.
Hadirin jamaah jumat
Al-Jihad rohimakumullah
Sebahagian Muslim beranggapan bahwa
ibadah itu hanya melakukan praktik-praktik syariat yang berdimensi spiritual
semata, seperti sholat, dzikir, dan lain sebagainya. Anggapan tersebut
sebenarnya tidak keliru. Karena memang di dalam al-Qur’an, Allah memberikan
kabar bahwa demikianlah para malaikat beribadah kepada-Nya.
Satu tujuan utama dari penciptaan manusia adalah
untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Sebagai mana Alloh taala berfirman;
“Dan aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
(QS. Adz Dzariyaat 56).
Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa, “Aku
ciptakan mereka itu dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepada-Ku,
bukan karena Aku membutuhkan mereka.
Mengenai lafadz Illa Liya’budun Ali bin
Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibn Abbas, “Artinya, melainkan supaya mereka mau
tunduk beribadah kepada-Ku, baik secara suka rela maupun terpaksa.” Sedangkan
menurut Ibn Juraij lafadz tersebut mengandung maksud, “Yakni supaya mereka
mengenal-Ku.”
Dengan demikian ibadah adalah perintah yang tidak
bisa ditinggalkan dengan alasan apa pun. Oleh karena itu, dalam rangka
membimbing umat manusia dari kesalahan dalam hal ibadah, Allah pun mengutus
Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai role model yang tentu
seluruh umat Islam harus mengikutinya (ittiba) secara totalitas.
Namun demikian, sekalipun ibadah kepada Allah
merupakan perintah, hakikatnya Allah tidak membutuhkan ibadah manusia. Ibadah
itu diperintahkan sebagai kewajiban adalah dalam rangka untuk kemaslahatan
manusia itu sendiri secara keseluruhan meliputi kehidupan dunia dan akhirat.
Hal ini Allah tegaskan dalam ayat berikutnya
“Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka
dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan” (QS. Adz Dzariyaat
57).
Artinya, ibadah itu semata-mata memberikan manfaat
bagi manusia itu sendiri. Ibadah manusia tidak sedikit pun akan menambah
keagungan Allah. Demikian pula sebaliknya, pembangkangan manusia juga tidak
akan mengurangi sedikit pun kemuliaan Allah Ta’ala.
Bahkan, bagi manusia yang mau beribadah kepada
Allah dengan ikhlas, baginya disediakan kebaikan yang sangat luar biasa. Sebaliknya,
jika membangkang, maka kedukaan luar biasa juga akan menjadi balasannya.
Artinya, ibadah itu baik dan hakikatnya sangat
dibutuhkan oleh setiap Muslim. Mengenai hal ini, Ibn Katsir mengutip satu
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
“Wahai anak Adam, luangkanlah waktu untuk beribadah
kepada-Ku aku akan memenuhi hatimu dengan kekayaan dan Aku akan menutupi
kefakiranmu. Dan jika kamu tidak melakukannya, maka Aku akan mengisi hatimu
dengan kesngsaraan dan Aku tidak akan menutupi kefakiranmu.”
Hadiri jamaah jumat
Al-Jihad rohimakumullah
Dengan demikian, teranglah duduk perkara masalah
ini, bahwa ternyata ibadah adalah hal utama yang tidak boleh ditinggalkan oleh
setiap Muslim. Siapa saja yang meninggalkan ibadah karena mementingkan perkara
lain, maka baginya jelas, kerugian yang tak terkira.
Dengan kata lain, siapa yang taat dalam ibadah maka
ia termasuk Muslim yang benar dan hidup hatinya. Dan, sebaliknya, siapa yang
enggan apalagi membangkang dari beribadah, maka baginya kerugian tak terkira.
Sepanjang Kehidupan
Menurut Sayyid Qutb dalam tafsirnya Fi Zhilalil
Qur’an menjelaskan, bagaimana ibadah malaikat kepada Allah. Karena malaikat
adalah makhluk yang paling dekat dengan-Nya. Hal ini bisa dilihat dari ketaatan
malaikat dalam ibadah yang tidak pernah terputus dan terhenti.
“Dan
kepunyaan-Nyalah segala yang di langit dan di bumi. Dan malaikat-malaikat yang
di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada
(pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada
henti-hentinya.” (QS. Al Anbiyaa' 19-20).
Manusia, menurut Sayyid
Qutb, bisa melakukan ibadah
seperti itu sepanjang siang dan malam, tetapi tidak sama dengan apa yang
malaikat mampu lakukan (dengan tasbih tanpa putus dan . Sebab malaikat tidak
punya hawa nafsu.
Manusia bisa menjadikan seluruh hidupnya sebagai
ibadah tanpa harus meliburkan diri dan memutuskan segala kegiatan lain, hanya
untuk bertasbih dan beribadah seperti yang dilakukan oleh para malaikat.
Karena Islam menganggap segala gerakan dan napas
sebagai ibadah bila seorang Muslim mempersembahkan dan menghadapkannya kepada
Allah. Bahkan, walaupun hal itu merupakan kesenangan materi dengan menikmati
kebaikan-kebaikan kenikmatan duniawi.
Jadi, setiap Muslim bisa tetap dalam ibadah selama
24 jam, sejauh apa yang dilakukan berupa amal-amal kebaikan. Mencuci baju,
menyetrika, mengajar, menulis, membaca, berkata baik, memasak untuk keluarga,
bahkan mencari nafkah dan seluruh aktivitas, menyayangi anak/istri/suami, hatta
hanya sekedar senyum, adalah ibadah, selama itu diniatkan karena Allah.
Karena aktivitas bernilai ibadah jika memang niat
awalnya adalah dalam rangka mendapat ridha Allah Ta’ala.
“Sesungguhnya setiap amalan bergantung pada
niatnya,” (HR. Bukhari).
Strategi dalam Ibadah
Meskipun demikian, tetap saja ibadah yang Allah
sebutkan di dalam al-Qur’an secara eksplisit dan dicontohkan oleh Rasulullah
tetap menjadi perkara yang sangat utama. Seperti sholat, membaca al-Qur’an,
membaca tasbih dan lain sebagainya.
Akan tetapi, dalam perjalanan kehidupan, setiap
Muslim pasti mengalami fluktuasi keimanan, sehingga kadangkala muncul rasa
malas dalam melakukan ibadah. Seperti sholat Sunnah di tengah malam atau dzikir
yang agak panjang, atau pun membaca al-Qur’an sesuai komitmen yang sudah
dibuat.
Terkait masalah ini, Abbdullah Ibn Mas’ud berkata,
“Sesungguhnya bagi setiap hati ada saat-saat giat dan semangat, juga ada
saat-saat lemah dan malas. Maka manfaatkanlah dengan beramal sebaik-baiknya
tatkala ia giat dan semangat, kemudian istirahatkanlah tatkala ia lemah dan
malas.”
Berarti, tatkala hati semangat, lakukanlah ibadah
dengan sebaik-baiknya dan manfaatkanlah waktu yang ada untuk beribadah. Karena
hati yang sedang semangat laksana tanah yang sedang subur. Jadi, di tanami apa
pun, semuanya akan tumbuh dengan baik.
Tetapi, jika hati sedang malas dan tidak bergairah,
maka istirahatkanlah ia dari berbagai aktivitas dan beban dan janganlah engkau
paksakan. Karena itu ibarat tanah yang kering lagi tandus, yang tak mungkin
bisa menumbuhkan apa pun.
Oleh karena itu Rasulullah tidak pernah lepas dari
yang namanya istighfar. Dalam sehari setidaknya beliau beristighfar sebanyak 70
kali.
Hal ini adalah dalam rangka untuk menjaga hati dari
berbagai macam gangguan, satu di antaranya adalah gangguan kemalasan dalam
beribadah. Dan, yang paling utama dari istighfar itu adalah agar Allah
mengampuni dosa-dosa kita, kemudian memompa semangat kita dalam beribadah
kepada-Nya, sehingga kebahagiaan dunia akhirat benar-benar dapat kita rasakan.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرّحِيْمِ .
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى : { وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ
خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى }
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .
وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا وآخر دَعْوَانَا لله رَب الْعَالَميْنَ.
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .
وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا وآخر دَعْوَانَا لله رَب الْعَالَميْنَ.
الْحَمْدُ
الَّذِيْ خَلَقَ الْخَلْقَ لِيَعْبُدُوْهُ، وَأَبَانَ آيَاتِهِ لِيَعْرِفُوْهُ،
وَسَهَّلَ لَهُمْ طَرِيْقَ اْلوُصُوْلِ إِلَيْهِ لِيَصِلُوْهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا وَإِمَامَنَا
وَقُدْوَتَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَرْسَلَهُ اللهُ بِاْلهُدَى
وَدِيْنِ اْلحَقِّ لِيَكُوْنَ لِلْعَالَمِيْنَ نَذِيْرًا، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا بَعْدُ:
Komentar
Posting Komentar